
Chairil mengatakan,
pendidikan tinggi menghadapi sejumlah kendala dalam melakukan riset, seperti
ketidaksesuaian waktu mengajar dan waktu penelitian, keterbatasan anggaran
serta fasilitas riset, dan insentif yang tidak menarik bagi peneliti. Kompetensi
guru juga ikut memberikan sumbangsih. Hasil rata-rata uji kompetensi guru pada
tahun 2015 hanya 53,02 persen. Untuk calon guru, nilai uji kompetensi lebih
rendah lagi, 44 persen kemampuan di bidang kompetensi dan 56,69 di bidang
pedagogik.
"Tidak ada anak SMA
yang bright yang mau menjadi guru. Persoalan
kualitas dosen yang dirilis Asia Week tahun 2000, Indonesia berada di bawah
kualitas Singapura, Filipina, Thailand, Malaysia," kata Chairil dalam
peluncuran buku putih itu di Jakarta pada Jumat (12/5/2017).
Faktor bahasa rupanya juga
tidak dapat disepelekan. Mengutip penelitian Richard Horton, faktor bahasa
menjadi kendala utama kuranngya suara Indonesia dalam penelitian di tingkat
global, khususnya kesehatan dan kedokteran. Sebelum Indonesia merdeka, pernah
terdapat kewajiban mmebaca buku sastra sebanyak 25 judul di Algemene Middelbare
School (Pendidikan Menengah) Hindia Belanda A dan 15 Judul pada AMS Hindia
Belanda B, 15 judul.
Namun, sejak 1950an, secara
bertahap kewajiban itu hilang. "Taufik Ismail sebut sekarang anak SMA nol
buku. Mahasiswa juga nol buku hanya diktator, belajar dari diktat yang ditulis
20 tahun lalu," ujar Chairil. Chairil bercerita pengalamannya saat
menghadiri pertemuan antara pelaku usaha dan universitas ternama di kantor
Wakil Presiden BJ Habibie tahun 1998. Usai pertemuan itu, salah seorang dosen
mengungkapkan bahwa buku ajar yang digunakannnya tidak lagi relevan.
"Faktor gizi juga
berperan. Ada 37 persen prevalensi tubuh pendek dengan rata-rata IQ 89. Jadi
tidak heran kalau skor PISA (Programme for Internasional Student Assessment)
kita rendah," ucap Chairil.
Menurut Chairil, Indoneisa
telah masuk masa krisis dalam pengembangan iptek. Untuk itu, mewakili AIPI, ia
meminta kepada pemerintah untuk membenahi kualitas iptek. Salah satunya dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kenaikan pertumbuhan ekonomi diharapakan dapat
menaikan daya beli masyarakat terhadap hasil industri dalam negeri.
Universitas dapat bekerja
sama dengan pelaku industri untuk mendongrak industri dalam negeri. Selain itu,
hal paling utama paling utama adalah lingkungan kondusif bagi inovasi nasional (Sumber: kompas.com).